Senin, 09 September 2019

Contoh partikularusme dan esklusifisme dalam kelompok

sikap eksklusivisme dan partikularisme bangsa Israel juga dapat dilihat dalam hubungannya (interaksi sosialnya) dengan suku bangsa lain (non-Yahudi), di mana bangsa Israel tidak dapat melaksankan pernikahan (perkawinan campur) dengan suku bangsa lain (Ezr. 9-10).[9]

Dalam segi Adat-Istiadat, bangsa Israel juga mempunyai sifat Eksklusivisme dan partikuris, di mana ketika Antiokhus IV, mengelurakan suatu peraturan yang melarang orang-orang Yahudi mengikuti kebiasaan-kebiasaan agamawi mereka, serta melarang semua perayaan Yahudi dan upacara-upacara korban serta tradisi sunat. Serta memerintahkan agar semua kitab-kitab Taurat dimusnahkan. Maka dari peristiwa ini maka dalam hati bangsa Israel bangkitlah kebencian dan kemarahan.[10] Karena mereka merasa bahwa adat-istiadat mereka lebih tinggi daripada adat-istiadat Yunani.

Selain daripada itu, semasa bangsa Yahudi berada di kota Alexandria, Mesir. Terdapat sebuah paguyuban yang kuat. Sehubungan karena paguyuban ini hidup di tengah-tengah masyarakat yang yang berbahasa Yunani. Maka, mereka mencoba belajar bahasa dan tulisan daerah setempat, sehingga hasilnya ialah mereka menerjemahkan tulisan PL dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Dalam tulisan dimaksud banyak tulisan-tulisan yang berkaitan dengan agama Yahudi ikut diterjemahkan dan ditambahkan ke dalam PL berbahasa Yunani. Namun, para pemimpin Yahudi yang berada di Palestina menolak tulisan-tulisan yang baru itu, sehingga mereka tidak memasukkannya ke dalam PL Ibrani.[11]


Eksklusivisme dalam pemilu bukan barang baru di kawasan Negara Asia Tenggara. Tak bisa dilepaskan dari 'pembersihan' etnis Bengal Rohingya, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi atau NLD, Aung San Suu Kyi, menang telak pada pemilu Myanmar pada November 2015 lalu, menggantikan alienasi dari Muslim. Meskipun komposisi pemilih Muslim di Myanmar hampir 4%, strategi politik tanpa kandidat Muslim adalah cara NLD memperoleh simpati pengumpulan pemeluk Budha Theravada yang telah banyak terprovokasi anti-Muslim oleh kelompok ekstremis Budha seperti Mabatha pimpinan biksu Wirathu. Contoh lainnya, Malaysia di bawah koalisi Barisan Nasional pimpinan UMNO bahkan melembagakan rasialisme ke dalam konstitusi di mana bumi putera atau Melayu Muslim adalah 'warga Negara kelas satu'. Dan sekali lagi, pemilihan adalah sebab. DPP,

Paling ekstrem, narasi rasialisme dalam pemilu pernah terjadi seabad yang pernah terjadi bencana besar dalam sejarah pemilu di dunia. Alkisah, pada 19 Oktober 1919 di acara orasi rutin sebuah partai kecil di satu bar di kota Munich, Jerman, seorang pemuda sebatang kara yang akhirnya bertahan hidup usai Perang Dunia I sekonyong-konyong untuk pertama kali menyemail narasi eksklusivisme di depan publik: nasionalisme yang bersyarat , nasionalisme anti-Yahudi. Singkat cerita, kepiawaian orasi pemuda ini akhirnya mengundang dan menyihir banyak pendengar. Substansi retorisnya sama: nasionalisme anti-Yahudi. Alhasil, partai kecil, Partai Pekerja Jerman, di mana awalnya dia 'tamu' sebagai intel dari sebuah kantor militer di Munich, akhirnya dia memimpin pada 29 Juli 1921. Dengan narasi rasialisme ini,

Lebih dari kasus-kasus bekerjanya politik eksklusivisme di atas, masyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki tatanan ganti yang tinggi. Catatan sejarah menunjukkan tidak ada kerusuhan sosial — selain membantah di dalam gedung kongres — kompilasi bahasa bazaar (baca: pasar) di semenanjung Melayu 'disumpah' sebagai bahasa penghubung oleh para peneliti pemuda dari sudut-pandang pulau pariwisata Hindia Belanda pada Oktober 1928. sarjana bahasa menunjukkan itu penutur bahasa Jawa sekitar 40% waktu itu. Pun tidak ada kerusuhan kompilasi wakil-wakil dari sebuah politik besar yang kemudian disebut Indonesia ini hanya memutuskan untuk ber-Tuhan, bukan ber-agama, pada Agustus 1945.



Luthfiyah Shabirah Cahyarani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar